Remaja???? apa sih Remaja Itu???



Remaja oh remajaaaa..
Sobaaat, tau ga sich sebenernya apa itu remaja?? Remaja secara awam dapat diartikan sebagai masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini anak-anak mengalami perubahan yang sangat cepat, entah itu perubahan secara fisik, cara berfikir, sikap, dan juga bertindak. Namun demikian mereka belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa yang telah matang. Sehingga tidak mengherankan kalau remaja cenderung mempunyai rasa ingin tahu yang besar, termasuk di dalamnya adalah masalah oral seks, HIV AIDS, dan juga NARKOBA. Secara garis besar kita ketahui bersama, bahwa remaja secara tendensi akan lebih terbuka kepada teman sebaya dibandingkan kepada orang tua. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan nasib, kesamaan gejolak, dan mungkin juga kesamaan pemikiran. Dari sinilah mereka sering melakukan sharing, saling tukar pendapat, atau sekedar curhat. Seorang remaja akan merasa nyaman bersikap terbuka terhadap sesama teman, apalagi teman tersebut mempunyai latar belakang yang sama, karena sebagian besar dari remaja memang mempunyai pola pikir yang sama, sehingga apa yang disarankan oleh seorang teman akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Namun perlu kita akui, bahwa, solidaritas yang sering terbentuk di antara remaja ini belum tentu menghasilkan efek yang positif, bahkan tidak jarang solidaritas dan ikatan yang terbentuk akan menimbulkan efek negatif, yang secara langsung atau tidak akan berimbas kepada remaja itu sendiri. Sebagai contoh nyata, kita mempunyai masalah dan bercerita kepada teman yang menghadapi masalah yang sama, lalu oleh teman tersebut kita disarankan untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Bukankah hal ini justru akan membahayakan masa depan kita? Masih lebih baik kalau kita mampu melakukan filterisasi terhadap apa yang disarankan, kalau tidak? Tentu akan sangat-sangat merugikan.
Hal yang selama ini dapat dikatakan sebagai sebuah kesalahan yang dilakukan remaja adalah, tidak adanya komunikasi di antara remaja dengan orang tua, yang mana peran orang tua sangatlah penting. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan penyebab ketidakmauan anak untuk terbuka kepada orang tua di antaranya adalah kurang adanya perhatian dan tindakan masa bodoh yang dilakukan orang tua kepada anak, sehingga anak akan merasa kurang enak, rikuh untuk sekedar terbuka. Hal lain yang ikut mempengaruhi adalah lingkungan dimana anak tersebut tinggal. Mungkin saja anak dan orang tua mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, sehingga untuk menjalin komunikasi saja dirasa sulit, sehingga seperti yang sudah dibicarakan, anak akan melarikan segala permasalahannya kepada teman. Perspektif yang menganggap bahwa komunikasi dengan orang tua merupakan hal tabu adalah salah besar, karena bagaimanapun juga seorang anak akan sangat terbantu apabila mau terbuka dengan orang tua. Mengapa orang tua tidak kita jadikan teman sekaligus sahabat? Kita tidak akan dirugikan, karena orang tua tentu lebih mempunyai banyak pengalaman hidup, tentu dengan hal ini kita dapat mendapatkan banyak pelajaran berharga. Dan yang lebih penting, orang tua tidak akan pernah menjerumuskan anaknya sendiri, jadi kita tidak perlu takut untuk terjerumus ke hal-hal yang negatif. Keuntungan lain yang kita dapatkan adalah adanya simbiosis mutualisme, dimana orang tua menjadi tahu permasalahan remaja zaman sekarang, sementara seorang remaja akan mendapatkan solusi dan pemecahan masalah. Dengan begitu, tidak akan timbul kesalahpahaman dari pihak orang tua, karena remaja mau terbuka serta mau meminta petunjuk dan pertimbangan orang tua dalam mengambil keputusan ataupun menyelesaikan masalah. Seiring keterbukaan yang semakin tinggi, maka suasana harmonis di dalam keluargapun akan tercipta. Jadi, tidak ada salahnya kita mencoba untuk membudayakan keterbukaan di kalangan keluarga. Sehingga kita dapat mengerti kemauan orang tua, orang tua juga pasti akan mau mengerti kemauan kita.
Salim Sahli mengemukakan sex education artinya penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta mengasuh tiap-tiap lelaki dan perempuan, sejak dari anak-anak sampai sesudah dewasa, perihal pergaulan antar kelamin umumnya dan kehidupam seksuil khususnya, agar mereka dapat melakukan sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Dari dasar di atas sudah sepatutnya didirikan lembaga yang menangani tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Dan realisasi dari hal ini sudah tampak dengan adanya Pusat-pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR). Yang mana pengelola lembaga ini adalah remaja itu sendiri. Adapun keberadaan lembaga ini ada di setiap kecamatan. Tujuan didirikannya lembaga ini adalah untuk memberikan sosialisasi dan konsultasi serta mengemban tugas membantu pemecahan masalah yang dihadapi para remaja di sekitar kita. Prinsip kerja Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja sebetulnya sederhana, dimana petugas berasal dari remaja yang melayani para remaja. Dengan adanya PIK KRR ini diharapkan remaja mempunyai tempat untuk berbagi yang “sehat” serta aman. Mengapa harus remaja yang menjadi petugasnya? Hal ini tidak terlepas dari konsep dasar dan naluri seorang remaja yaitu secara tendensi remaja akan terbuka terhadap teman sebayanya. Dari sini maka perasaan tidak enak remaja yang sering muncul dapat ditepis, karena jarak usia dan jenjang mereka tidaklah terpaut terlalu banyak, sehingga mereka masih mempunyai pola pemikiran yang sejalan. PIK KRR ini dapat dikatakan sangat membantu remaja dalam mengatasi permasalahan khusunya masalah kesehatan reproduksi remaja. Dengan dibentuknya PIK KRR ini, diharapkan remaja mengetahui tentang tujuan pengetahuan seksual yang beberapa di antaranya adalah untuk mempersiapkan dan mengantar remaja ke arah kematangan psikologis agar nantinya mampu membentuk keluarga yang bahagia, memberikan pengertian mengenai proses kematangan dirinya, baik fisik maupun mental emosional yang berhubungan dengan seks, memberi petunjuk yang bermanfaat mengenai tanggung jawab masing-masing dalam berhubungan dengan lawan jenis. Adapun materi pendidikan seks yang perlu ditekankan oleh PIK KRR adalah pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, psikologis seks yang diakibatkan oleh pertumbuhan dan perkembangan, pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi, pengetahuan dan penanaman moral, etik dan komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan terhadap organ reproduksi.
Dengan sosialisasi yang demikian, maka hal-hal semacam oral seks dapat dihindarkan. Hal ini menunjukkan bahwa selain fungsi konsultasi, fungsi sosialisasi juga harus ditekankan, mengingat pergaulan bebas dewasa ini sudah pada taraf yang mengkhawatirkan.
Menilik konsep yang ada, PIK KRR mempunyai manfaat yang sangat besar, antara lain: sebagai media konsultasi kesehatan reproduksi remaja yang efektif dan kreatif, sebagai alat sosialisasi yang menarik, sebagai media penyebaran pengetahuan-pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja yang minim, khususnya di daerah pinggiran dan terpencil, dan manfaat yang lain adalah kita mampu untuk belajar mandiri dalam mencari pemecahan dari setiap yang kita hadapi. Pendidikan seks dan Kesehatan Reproduksi Remaja adalah sesuatu yang harus kita upayakan bersama, hal ini dikarenakan mau tidak mau setiap hari kehidupan kita berhubungan dengan seks, karena seks merupakan integrasi dari makhluk berjenis kelamin yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik fisik, psikis, dan sosial. Jadi semua masyarakat mempunyai kewajiban melaksanakan program KRR, yang mana kita tidak dapat menyerahkan ini semua kepada pemerintah. Hal ini sangat luas, dan boleh jadi universal, sehingga semua sector harus ikut terlibat. Pendidikan seks itu sendiri harus menggunakan metode yang tepat, hal ini bertujuan agar pendidikan seks itu mengenai sasaran. Adapun metode yang tepat itu harus mempertimbangkan berapa umur anak yang akan kita beri pendidikan seks, sehingga pendidikan seks tersebut tidak disalahgunakan. Pendidikan seks dapat diajarkan kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Hanya seringkali remaja merasa kurang peduli dengan pendidikan seperti ini.
Banyak ahli yang mampu mengajarkan pendidikan seks hingga mendetail, namun hal ini tidak akan berarti bila tidak didukung lingkungan keluarga yang kondusif, jadi kembali ke depan, bahwa keluaraga memegang peranan penting dalam pendidikan seks. Kunci dari semua ini adalah komunikasi antara remaja dengan orang tua. Jadi untuk itu orang tua pun harus mempunyai bekal yang cukup mengenai pendidikan seks, kalaupun tidak minimal orang tua mampu merekomendasikan, kemana anaknya harus bertanya mengenai pendidikan seks. Sebagai remaja, sudah menjadi suatu kewajiban kalau kita turut serta mensukseskan program Kesehatan Reproduksi Remaja. Semua tergantung dan kembali kepada kita, karena kita yang akan menjalani. Himbauan orang tua, guru, konseling mungkin tidak akan pernah berarti kalau kita tidak mempunyai niat untuk belajar mengenai pendidikan seks, tidak ada niat untuk mengetahui lebih jauh, bagaimana seks itu seharusnya dilakukan? Maka, kalau kita tidak segera menyadari hal ini, kita akan terjerumus, dan mengaplikasikan seks ke hal-hal yang menjurus kepada hal-hal negatif. Kita sebagai remaja harus dapat melihat pendidikan seks sebagai suatu hal yang positif, kita tidak boleh memandang seks sebagai sesuatu yang negatif, tabu untuk dibicarakan, cabul, ataupun porno, karena seks lebih dari semua itu. Seks merupakan pendidikan yang harus dimengerti oleh semua orang. Adapun cara yang dapat kita lakukan supaya dapat mengaplikasikan seks secara “sehat” dan aman adalah sebagai berikut:
Meningkatkan ketaqwaan dan keimanan sehingga kita tidak akan mudah terpengaruh kepada pergaulan bebas yang banyak terjadi di kalangan remaja saat ini
1.    Mempelajari pendidikan seks, dan memahami seks secara benar, sehingga kita tahu bagaimana seks itu harus diaplikasikan oleh seorang remaja. Pengetahuan ini dapat kita cari melalui buku, internet ataupun pihak dan orang-orang yang berkompeten di bidangnya.
2 .       Menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan positif, macam Karang Taruna, Remaja Masjid, dan ekstrakulikuler yang banyak terdapat di sekolah-sekolah. Dengan demikian diharapkan waktu yang ada benar-benar bermanfaat.
3.         Menghindari oral seks dan pergaulan bebas masa kini. Itu cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengaplikasikan seks secara benar. Hal yang perlu diketahui, sekali melakukan seks yang salah, kita akan menyesal seumur hidup.

Comments